Kamis, 09 April 2009

Pesantren Sebagai Sub-Kultur


Istilah pesantren sebagai sub-kultur sudah mulai terkenal sejak dekade 1980-an. Istilah ini sejak pertama kali dimunculkan hingga saat ini terus menjadi perdebatan. Lalu apa sebenarnya sub-kultur itu? Dan apa pula sebenarnya manfaat yang bisa diambil oleh pesantren itu sendiri?
Secara teknis, pesantren adalah ’tempat tinggal santri’. Pengertian tersebut menunjukkan ciri pesantren yang paling penting, yaitu sebuah lingkungan pendidikan yang sepenuhnya total.pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam hal pengalaman dan kemungkinannya untuk sebuah totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem sekolah umum yang berlaku sebagai struktur pendidikan secara umum, pesantren adalah sebuah kultur yang unik, sub-kultur masyarakat Indonesia.

Setidaknya ada tiga unsur pokok yang menunjukkan pesantren sebagai sub-kultur. Pertama, pola kepemimpinannya yang berdiri sendiri dan berada di luar kepemimpinan pemerintahan. Kedua, literatur universal yang telah dipelihara selama berabad-abad. Dan ketiga, sistem nilainya sendiri yang terpisah dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat di luar pesantren. Berdasarkan ketiga hal tersebut, setiap pesantren mengembangkan kurikulumnya sendiri dan menetapkan institusi-institusi pendidikannya sendiri dalam rangka meresponi tantangan dari luar.

Pola kepemimpinan yang berdiri sendiri itu di bawah kendali kyai. Aspek kepemimpinan ini penting sebab ia menunjukkan bagaimana seorang kyai memelihara hubungan sejawat, baik dengan masyarakat maupun dengan kyai lain. Dalam aspek ini, suatu fakta yang sangat penting muncul, yaitu pemeliharaan tradisi Islam, bahwa ulama-lah pemilik ilmu agama yang istimewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar