Selasa, 21 April 2009

Madrasah hidayatul mubtadiin ngunut TA.agung


Secara umum, kegiatan pendidikan di Pondok Pesantren hidayatul mubtadiin(pphm)ngunut terbagi menjadi dua bagian; pendidikan madrosiyah (diniyah-klasikal), dan pendidikan ma’hadiyah (luar madrasah-non klasikal).



Pendidikan madrasah ini bernama Madrasah hidayatul mubtadiin (.pphm) Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum klasik (diniyah) berupa kitab kuning yang biasa dipakai di berbagai pesantren pada umumnya, dan diramu dengan metode yang relevan serta tidak meninggalkan makna ala-jawa guna menentukan kedudukan nahwiyah dan sharraf-nya, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.


Madrasah hidayatul mubtadiin(pphm)ngunut ini dibagi menjadi tiga tingkat/jenjang:ibtidaiyah (tiga tahun). Kegiatan belajar mengajarnya dilaksanakan di sore hari dan malam. Tsanawiyah (tiga tahun)sore dan malam hari,Aliyah(tiga tahun)dilaksanakan dimalam hari.


selengkapnya - Madrasah hidayatul mubtadiin ngunut TA.agung

Kamis, 09 April 2009

ulamak

Peranan ini tidak bisa dilimpahkan kepada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat Islam, sebab ada keyakinan bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Atau dengan bahasa lain, ulama adalah satu-satunya penafsir sejati dua sumber Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Peran sebagai kekuatan pengabsah bagi ajaran agama ini adalah dasar bagi penularan pengetahuan yang dimiliki oleh kyai dari generasi ke generasi di dalam pesantren.

Unsur utama kedua yaitu literatur universal yang dipelihara dan diwariskan dari generasi ke generasi berkaitan dengan konsep yang unik tentang kepemimpinan kyai. Kitab atau literatur lama (jika dilihat dari perspektif modern) menciptakan kesinambungan ’tradisi yang benar’ dalam memelihara ilmu-ilmu agama sebagaimana yang diwariskan kepada masyarakat Islam oleh imam-imam besar di masa lalu. Hanya inilah jalan untuk mempertahankan ukuran-ukuran tertinggi untuk masa depan, dan hanya melalui cara ini pula komunitas Islam bisa memelihara kemurnian ajaran-ajaran agama. Dengan kata lain, pesantren adalah kiblat masyarakat Islam dalam mencari ilmu, dan pada gilirannya, komunitas Islam adalah kiblat bagi masyarakat luas.

Unsur utama ketiga adalah sistem nilai kepesantrenan yang unik. Berdasarkan kepatuhan harfiah terhadap ajaran agama dalam menjalani kehidupan nyata, sistem nilai itu tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur utama lainnya yaitu kepemimpinan kyai dan literatur universal. Pembakuan ajaran-ajaran Islam tentang kehidupan sehari-hari bagi kyai dan santri, melegitimasikan dua hal, yaitu kitab-kitab sebagai sumber tata nilai dan kepemimpinan kyai sebagai model dari implementasinya dalam kehidupan nyata.
Ketiga unsur utama pesantren itu tampak sedemikian kait mengait dan sulit dipisahkan. Dan itulah yang kemudian memposisikan pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat bisa diandalkan. Akan tetapi, berbagai tantangan dari luar pesantren menyebabkan pola masing-masing unsur itu terbuka untuk menerima perubahan-perubahan tertentu. Misalnya, sistem nilai itu sekarang harus memasukkan ijazah tertulis yang dikeluarkan pemerintah sebagai ’bukti kecakapan’. Dan itulah tantangan yang harus dijawab pesantren.[ ]
selengkapnya - ulamak

Pesantren Sebagai Sub-Kultur


Istilah pesantren sebagai sub-kultur sudah mulai terkenal sejak dekade 1980-an. Istilah ini sejak pertama kali dimunculkan hingga saat ini terus menjadi perdebatan. Lalu apa sebenarnya sub-kultur itu? Dan apa pula sebenarnya manfaat yang bisa diambil oleh pesantren itu sendiri?
Secara teknis, pesantren adalah ’tempat tinggal santri’. Pengertian tersebut menunjukkan ciri pesantren yang paling penting, yaitu sebuah lingkungan pendidikan yang sepenuhnya total.pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam hal pengalaman dan kemungkinannya untuk sebuah totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem sekolah umum yang berlaku sebagai struktur pendidikan secara umum, pesantren adalah sebuah kultur yang unik, sub-kultur masyarakat Indonesia.

Setidaknya ada tiga unsur pokok yang menunjukkan pesantren sebagai sub-kultur. Pertama, pola kepemimpinannya yang berdiri sendiri dan berada di luar kepemimpinan pemerintahan. Kedua, literatur universal yang telah dipelihara selama berabad-abad. Dan ketiga, sistem nilainya sendiri yang terpisah dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat di luar pesantren. Berdasarkan ketiga hal tersebut, setiap pesantren mengembangkan kurikulumnya sendiri dan menetapkan institusi-institusi pendidikannya sendiri dalam rangka meresponi tantangan dari luar.

Pola kepemimpinan yang berdiri sendiri itu di bawah kendali kyai. Aspek kepemimpinan ini penting sebab ia menunjukkan bagaimana seorang kyai memelihara hubungan sejawat, baik dengan masyarakat maupun dengan kyai lain. Dalam aspek ini, suatu fakta yang sangat penting muncul, yaitu pemeliharaan tradisi Islam, bahwa ulama-lah pemilik ilmu agama yang istimewa.
selengkapnya - Pesantren Sebagai Sub-Kultur

पेंतिन्य sholawat

أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ. (رواه البزار والطبراني
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)
selengkapnya - पेंतिन्य sholawat

pesan buat santri-santri?


Akhir-akhir ini dunia pesantren kurang diminati, alasannya prospek ke depan itu kurang cerah, bahkan mungkin buram. Perlu kalian ketahui anggapan itu salah besar, kuatkan keyakinan kalian, bahwa orang yang mau menjaga panji-panji ilahi akan selalu dipenuhi kebutuhannya oleh Allah Swt. Terus jangan lupa sholat berjamaah, sholat dhuha, kalau perlu shalat malam, karena dibalik jamaah ada sesuatu yang akan kalian petik dikemudian hari.
selengkapnya - pesan buat santri-santri?